Minggu, 24 Agustus 2014

Senyuman itu



Debu pun belum pernah ku persembahkan padamu
Percikan pelita juga tak mampu kuhadirkan dalam pengkuanmu
Aku hanya bias melecuti satu persatu kebahagianmu
Hanya bisa merampas secuil harapan
Yang engkau genggam erat dalam jiwamu

Hanya bisa melumuri setiao nadi yang berdetak
Jantung yang berdegup di antara nafas sesakmu dengan kesedihan
Serak suara mu seakan ingin memecahkan berderang cakrawala
Lantang nyayian saying terbesit diantara bibirmu
Yang merekah retak berdarah memuja cinta
Garis itu telah mengukir wajahmu Dalam buaian waktu
Sehingga tanpa sadar takaran masa itu telah memangsa dirimu

Ibu ibu ibu
Di saat semua nurani lelap dalam pangkuan dunia
Aku…aku sampai detik ini belul pernah melihat engkau tersenyum
Selalu memuja namamu di antara nyayian nuraniku
Hinggar bingar initak kan membutakan hatiku jiwa iinni rindu akan senyumanmu

Ibu ibu ibu
Aku..aku yang belum pernah membuat engkau tersenyum
Tak kan pernah lelap dengan marut yang selalu mengejarku
Tak kan pernah silau dengan singgasana yang merinduku
Seribu debu pun tak akan bisa membutakan rinduku
Raga ini rapuh diantara cinta dalam kerinduan

Ibu ibu ibu
Aku…aku yang hanya bisa membuat engkau menagis
Mencoba merajut mimpi-mimpi yang telah tercabik waktu
Dengan setiap tetes darah yang engkau tanam dalam tiap sendi jiwaku
Ibu…cinta …sayang dan doaku telah terpatri untukmu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Secara umum, jurnal adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh orang-orang yang ahli dalam suatu bidang. Sementara itu, Dalam Kamus Besar Baha...